Delapan pekerja menara komunikasi di Papua ditembak mati oleh separatis OPM

Delapan karyawan yang sedang memperbaiki menara komunikasi seluler tewas oleh kelompok separatis di Provinsi Papua, kata otoritas keamanan setempat

Ucapan dukacita dari perusahaan. (Foto: Twitter @parlinburman84)

PUNCAK, PAPUA, SUARAUMAT.com - Tentara separatis mengatakan bertanggung jawab dan menuntut pemerintah mencabut izin pertambangan di Papua.

Delapan karyawan yang sedang memperbaiki menara komunikasi seluler tewas oleh kelompok separatis di Provinsi Papua, kata otoritas keamanan setempat Kamis (3/3/2022).

Peristiwa di Kabupaten Puncak yang terjadi pada Rabu ini merupakan serangan paling mematikan sejak penembakan terhadap pekerja pembangunan jalan Trans Papua di Kabupaten Nduga pada Desember 2018 yang menewaskan 20 orang termasuk seorang tentara.

Karyawan yang bekerja untuk PT Palapa Timur Telematika (PTT) diserang oleh Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) - sayap bersenjata Organisasi Papua Merdeka, ketika mereka sedang memperbaiki menara seluler Telkomsel di distrik Beoga, Puncak, kata juru bicara Operasi Damai unit Cartenz. 2022 TNI-Polri, Kombes Ahmad Musthofa Kamal.

"Delapan karyawan PTT tewas oleh kelompok kriminal bersenjata saat memperbaiki tower base transceiver station 3 Telkomsel di Kecamatan Beoga, Kabupaten Puncak," kata Kamal dalam keterangan tertulis.

Kamal menambahkan bahwa serangan itu terjadi pada hari Rabu, tetapi baru diketahui hari Kamis. 

Kamal mengatakan, penyerangan itu diketahui saat salah satu pegawai Palapa berinisial NS menghubungi petugas melalui telepon pada Kamis.

NS mengaku tidak berada di lokasi saat penyerangan terjadi dan baru mengetahui delapan rekannya telah tewas saat kembali ke lokasi perkemahan.

Kamal mengatakan, petugas belum bisa mengevakuasi delapan korban karena kendala cuaca, sedangkan akses menuju lokasi hanya bisa melalui jalur udara.

Polres Puncak saat ini telah membentuk tim untuk turun ke lokasi untuk membantu proses evakuasi dan melakukan penyelidikan.

TPNPB mengaku sebagai pihak yang bertanggung jawab melakukan serangan mematikan tersebut.

"Kami telah menembak mati delapan orang. Satu orang jatuh ke jurang ketika kami menembaknya. Jadi, kami tidak tahu kondisinya," kata TPNPB dalam keterangan tertulis.

Dalam siaran persnya, TPNPB membeberkan identitas para korban yakni Renal Tagasye, Syahril Nurdiansyah, Eko Septiansyah, Ibo, Nelson Sarira, Jamaludin, Iwan Bin Dartini dan satu orang yang jatuh ke jurang saat ditembak.

TPNPB menuntut pemerintah Indonesia segera mencabut surat rekomendasi tambang emas Blok Wabu di Kabupaten Intan Jaya, menutup tambang yang dikelola PT Freeport Indonesia dan menyelesaikan kasus pelanggaran HAM di Papua.

"Selama pemerintah terus membahas blok Wabu, Freeport masih berjalan, kami akan terus berjuang dan berjuang sampai titik darah penghabisan," demikian pernyataan TPNPB.

Juru bicara Kodam Cenderawasih, Kolonel Aqsha Erlangga, mengatakan para korban akan dievakuasi pada Jumat.

“Kemungkinan Polda Papua dan juga bantuan Kodam XVII/Cenderawasih bersama-sama membantu evakuasi dan tentunya Polda Papua akan mencari pembunuhnya karena ini merupakan kejahatan luar biasa," ujar Aqsha dalam keterangannya kepada media.

“Karena merupakan kejahatan luar biasa yang mengakibatkan tewasnya delapan warga sipil, maka penanganannya akan ditangani oleh kepolisian, dalam hal ini Polda Papua,” ujarnya.

Serangan fatal terhadap para pekerja itu terjadi beberapa hari setelah laporan dari pakar hak asasi manusia PBB mengkritik pemerintah Indonesia atas situasi kemanusiaan yang memburuk di Papua seperti “pembunuhan di luar proses hukum - termasuk anak di bawah umur, penghilangan paksa, penyiksaan dan perlakuan buruk tidak manusiawi dan pemindahan paksa setidaknya 5.000 orang asli Papua oleh pasukan keamanan,” kata pelapor PBB.

Tuduhan itu ditolak oleh misi PBB Indonesia di Jenewa, yang membantah tuduhan oleh pelapor hak asasi manusia PBB sebagai "tidak lebih dari sebuah monolog, dan tampaknya dirancang semata-mata untuk tujuan kepentingan mereka sendiri."

Misi Indonesia mengatakan pengerahan personel keamanan di Papua diperlukan karena serangan "merajalela" oleh kelompok separatis terhadap warga sipil.

Serangan terhadap patroli TNI

Pada hari Kamis, Aqsa mengatakan seorang anggota TNI terluka dalam serangan penembakan oleh sekitar 15 pejuang separatis bersenjata laras panjang terhadap patroli di pos Koramil Dambet, Beoga, sekitar 15 kilometer dari lokasi penembakan pekerja menara telekomunikasi.

"Saat memperbaiki saluran air, tiba-tiba KST (kelompok separatis teroris) menyerang dan menembak anggota TNI yang sedang patroli," imbuhnya.

Sementara itu, warga sipil dilaporkan melarikan diri ke sebuah gereja di Beoga karena baku tembak tersebut.

"Sore ini, kami komunitas pengungsi Beoga berkumpul di Gereja Milawak 1. Mohon advokasi. Amolongo," bunyi tulisan di dinding akun Facebook "Info Beoga".

Juga terlampir pada akun tersebut adalah tujuh foto yang menggambarkan komunitas dan anak-anak duduk di halaman yang luas dengan latar belakang gedung gereja.

Konflik separatis telah berlangsung di Papua sejak tahun 1960-an. Papua resmi menjadi bagian dari Indonesia sejak Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) di bawah pengawasan PBB pada tahun 1969, namun beberapa orang Papua dan aktivis hak asasi manusia memandang Pepera tersebut tidak sah karena hanya melibatkan sekitar seribu orang.

Pada tahun 2003, Papua dibagi menjadi dua provinsi – Papua dan Papua Barat.

Kekerasan di Papua dan Papua Barat meningkat dalam beberapa tahun terakhir, mengakibatkan korban tewas dari aparat keamanan, kelompok separatis dan warga sipil serta ribuan warga terpaksa mengungsi ke hutan untuk menyelamatkan diri.

Peristiwa tewasnya pekerja menara komunikasi seluler di tangan kelompok separatis di Papua mendapat komentar dari salah warganet. Melansir cuitan dari akun Twitter @parlinburman84; Mohon agar berita duka ini disampaikan ke pemangku kepentingan di Negara Indonesia tercinta ini...bukan hanya keluarga dan rekan mereka saja yg meraskaan dukanya,mereka juga buruh sama seperti kita...semoga NKRI harga mati bukan hanya slogan saja

Postingan tersebut disertai foto-foto para pekerja yang tewas lengkap dengan lambang perusahaan dan ucapan duka cita.

(Red/Sum/kn)

COMMENTS

BEST MONTH